Posted by on Friday, 22 April 2016
Potret Pendidikan di Pulau Harimau
LAMPUNG SELATAN -
Pendidikan di daerah pulau sepertinya belum menjadi perhatian serius
pemerintah. Di Kabupaten Lampung Selatan, nasib tragis harus dialami oleh siswa
Pulau Harimau. Sekolah mereka, SDN 5, Desa Sumur, Kecamatan Ketapang, Kabupaten
Lampung Selatan hanya memiliki dua ruang kelas. Sekat pemisah antarkelas hanyalah
selembar triplek tipis.
Suasana
bising tidak dapat terelakkan. Pasalnya, satu ruang kelas dipakai siswa dari
tiga kelas. Murid kelas satu hingga tiga digabung dalam satu kelas, sedangkan
siswa kelas empat hingga enam di kelas lainnya.
Kondisi
ini membuat para guru cukup kesulitan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Sebab, jika satu guru menerangkan mata pelajaran, maka guru yang di ruang
lainya harus diam atau diisi dengan kegiatan menulis. Tak hanya itu,
konsentrasi belajar siswa tidak dapat maksimal. Selain bising, suasana di dalam
ruang kelas pun panas.
Meski
demikian, para siswa di sekolah ini antusias mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Ketika bel masuk sekolah berbunyi, mereka dengan tertib memasuki
kelas.
Saat jam
istirahat tiba, para siswa ini tidak dapat jajan karena tak ada kantin. Siswa
hanya memanfaatkan pohon besar berteduh dan memainkan kartu dari sisa karton
yang digambari sendiri.
Kekurangan
gedung sekolah telah dialami penduduk Pulau Harimau selama puluhan tahun. Namun
pemerintah seolah tak serius menangani permasalahan pendidikan di daerah pulau.
Contoh
lainnya di Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. Karena
minimnya fasilitas sekolah, warga pun memilih menyekolahkan anaknya ke wilayah
darat meski dengan biaya yang cukup tinggi. Pilihan lainnya, anak-anak Pulau
Sebesi tidak mengenyam pendidikan dasar.
"Kami
berharap, pemerintah segera memberikan bantuan gedung agar kegiatan belajar
mengajar di Pulau Harimau ini lebih maksimal dan meningkatkan minat siswa untul
bersekolah," ujar Kepala Sekolah SDN 5 Desa Sumur, Siswandi. (ira)
(http://news.okezone.com/)